apakah siswa hari ini bermental lembek?

rahmat.suardi
2 min readSep 20, 2024

--

my personal archive

perbedaan paling mencolok sekolah di zaman saya masih sebagai siswa dan para murid hari ini adalah memvalidasi informasi atau petuah dari guru. hanya saja hal tersebut cenderung diabaikan karena teknologi tidak membuat mereka matang sebagai pemelajar.

kembali ke 20 tahun lalu, saat itu saya duduk di kelas 1 SMA (sekarang sebutannya sudah kelas 10), guru adalah pelita yang paling terang. sabdanya selalu utama didengarkan dan patuhi. buku memang tersedia, hanya saja terbatas wujudnya. itupun kampanye literasi baca tulis tidak selantang seperti hari ini. punya hasrat baca yang berlipat-lipat di era itu sungguh privilage yang istimewa.

karena rendahnya rasa penasaran dan didukung oleh kemalasan untuk mencari informasi dari sudut pandang berbeda, makanya guru menjadi corong utama kami para murid dalam menerima pengetahuan. makanya cerita-cerita guru killer saat itu bukan sekadar urusan takut menakuti. nyatanya memang ada. sekarang kan, guru diminta lebih humanis. tidak pasang muka galak, siswa harus dirangkul dengan kasih sayang. meski tidak sedikit juga siswa yang tidak tahu diri.

saya iri dengan murid-murid sekarang, mereka punya peralatan untuk mengecek ulang ilmu yang disalurkan oleh guru mereka. membandingkan dari satu medium ke medium lain sebelum menerimanya bulat-bulat. hanya saja mereka enggan menjadikannya senjata utama untuk tumbuh sebagai siswa kritis. akses mereka terbuka lebar dalam menjangkau pengetahuan yang lebih luas. bahkan yang tidak tersampaikan oleh guru di dalam proses belajar mengajar. seharusnya siswa bisa lebih beringas dalam mengais khasanah pengetahuan.

siswa sebagai manusia digital harusnya bisa melampaui pendidiknya karena mereka terasa secara natural memahami penggunaan teknologi. sementara kami para guru harus tergopoh menyesuaikan diri dengan banyak hal. kami tumbuh di keadaan semuanya serba tercetak, serba rumit, apa-apa mesti peluh keringat lebih dulu. namun, perbedaan kami yang sudah dewasa dengan para siswa adalah mental kami sebagai pendidik sudah terasa untuk berbaur. ibarat lari maraton pace kamu ada di rata-rata 6–7, sementara siswa main di angka 9–10. mereka berlari dengan tujuan asal sampai meski tempo lambat.

entah siswa sadar atau tidak, guru mereka itu mati-matian hidup selaras dengan perkembangan teknologi. guru tidak mau tersendat belajar, apa lagi berhenti, makanya guru distempel mati sebagai pemelajar seumur hidup. guru bergelut sepanjang hari buat mencari cara untuk memahami kemajuan pendidikan di POV teknologi.

saya rasa kebangetan kalau anak sekolah zaman sekarang ketinggalan banyak pembelajaran, selalu mengeluh, dan menganggap dirinya papah ilmu. padahal mereka didukung oleh situasi buat maju banyak langkah daripada generasi lama. mereka bisa mengakses banyak hal dari beberapa klik saja di ponsel pintar. cukup bertanya pada mesin pencari untuk menerangi rasa penasaran mereka. mereka tahu cara itu hanya saja tidak terarah dengan semestinya. berarti perkara tersebut berkaitan dengan mental.

apakah ada sumbu yang bisa dibakar untuk memicu mereka agar lebih rakus lagi mencari pengetahuan baru? jangan-jangan siswa hari ini kalah tangguh daripada murid lawas yang berdarah-darah mencari ilmu hanya untuk secuil pengetahuan.

--

--

rahmat.suardi
rahmat.suardi

Written by rahmat.suardi

anything about football and coffee.

No responses yet