Jadi Guru Kreatif itu Mahal di Ongkos

rahmat.suardi
2 min readSep 6, 2023
dok. pribadi

Siapa bilang menjadi guru itu susah? Gampang kok. Mengajar dengan metode ceramah satu arah sudah cukup. Urusan paham dan tidak pahamnya siswa itu bukan urusan guru. Mirip-mirip khotbah di masjid. Kalau isi ceramah tembus ke relung hati dan menggetarkan jiwa, itu tandanya ada hikmah yang bisa dipetik. Kalau masuk kiri ke luar kanan, ya sudah. Itu berarti butuh pencerahan tambahan untuk berada di jalur lurus.

Nah, kalau diminta jadi guru yang kreatif dan inovatif, itu baru susah. Banyak variabelnya. Harus sabar bongkar pasang metode pembelajaran. Tiap hari harus evaluasi dan punya persiapan saat masuk kelas. Karekter siswa benar-benar harus dipahami. Pendekatan saat saya mengajar di Malaysia dan mengajar siswa di Jogja tidak bisa sama.

Siswa saya di Malaysia lebih beragam latar belakangnya. Ada yang berasal dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, Madura. Sehingga pendekatan bahasa saat berinteraksi sedikit lebih mudah. Bahasa Indonesia adalah bahasa wajib di sekolah. Pun kalau mau mencampur dengan bahasa melayu juga tidak masalah. Ada banyak kemiripan. Saya lebih mudah beradaptasi. Mengajar di Jogja lebih punya tantangan dalam konteks berkomunikasi. Mulai dari rekan guru, penjaga sekolah, ibu kantin, dan siswa hampir selalu berbahasa jawa. Cukup menyulitkan. Untuk mengatasi hal tersebut saya yang mesti beradaptasi. Kondisi saya sekarang masih pasif. Untuk percakapan sehari-hari sudah bisa sedikit-sedikit saya pahami. Kalau konteksnya bahasa jawa kromo itu baru sulit.

Menjadi guru kreatif dan inovatif ongkosnya tidak murah. Melek digital dan perkembangan metode pembelajaran adalah skill yang mesti dikuasai. Lawan terbesar untuk menjadi guru kreatif dan inovatif adalah kemalasan. Membaca dan memahami banyak referensi mesti dilakukan sering. Seorang influencer pendidikan mengatakan untuk menghidupkan suasana kelas dan menarik perhatian siswa dalam belajar paling tidak dalam satu bab atau materi pembelajaran, guru setidaknya mesti menyiapkan 3–4 metode/strategi/approach pembelajaran.

Canva premium agar akses ke beragam macam properti digital yang bisa digunakan tidak terbatas dan printer adalah salah dua yang menurut saya cukup membantu untuk menghadirkan pembelejaran menyenangkan di kelas. Kelancaran internet, ketersediaan infocus, dan speaker bisa menjadi nilai tambah. Dan semuanya tidak murah. Modalnya tidak selurus dengan honor guru. Tidak mungkin mengalokasikan dana sembako dan menggantinya dengan kertas, tinta, dan langganan Canva premium.

Belum lagi tuntutan menjadi guru pembelajar seumur hidup. Setiap guru punya energi yang berbeda-beda dalam hal meningkatkan kompetensi pedagogi dan profesionalismenya. Ada guru yang senang mencari sendiri, ada pula hanya mau kalau disuapi. Yang lebih parah tidak mau kedua-duanya. Enggan belajar. Enggan bertumbuh.

Saya sendiri bukan guru yang sempurna. Lawan saya adalah diri sendiri. Terkadang semangat berapi-api untuk menyiapkan pembelajaran di kelas. Terkadang juga dihampiri keletihan hingga rasa malas susah dilawan. Maunya selalu on fire dan top perform. Namun, apa daya guru juga manusia biasa yang terkadang butuh kegiatan lain untuk memompa semangat mengajar di sekolah.

--

--