Politik Sebercanda Itu

rahmat.suardi
2 min readAug 12, 2023
www.perpusku.com

Menuju Pilpres di 2024 tidak seberingas menjelang hajatan yang sama pada 2019. Apakah karena poros Capres terbagi tiga kubu sehingga perhatian terbagi lebih banyak dari sebelumnya yang hanya tertuju pada dua sosok? Bisa saja. Setiap individu punya pilihannya masing-masing. Bahkan mereka yang beranggapan tidak akan ikut berpartisipasi juga bisa dikatakan sebagai poros siluman. Meski kecil tapi suara mereka sering bocor di kolom-kolom komentar akun-akun tokoh politik atau berita-berita yang berunsur politik.

Saya hampir tidak pernah lagi bersuara soal politik. Ketikan tangan saya lebih lantang saat menjelang pemilu 2019. Ketika itu saya tidak terang-terangan mendukung siapa karena itu rahasia di bilik suara. Dan ketika itu saya berperan aktif menyukseskan pemilu. Saat itu saya masih tinggal di Malaysia dan bertugas sebagai pelaksana kegiatan pencoblosan di lokasi pemungutan suara. Bahkan sebelumnya menjadi panitia Pantarlih untuk pemutakhiran data pemilih tetap di wilayah Negeri Johor dan sekitarnya. Ternyata tugasnya berat dan mesti keliling mencari orang Indonesia agar mau ikut menggunakan hak suaranya.

Saya memang bukan fanatik pada politik hanya saja menjelang pemilu seperti sekarang cukup asyik mengikuti perkembangannya. Jadi di saat-saat tertentu saja, apa lagi ujian beratnya pada saat ini adalah bagaimana memfilter informasi yang masuk dari segala lini. Berita bohong dan benar terkadang samar dan butuh kesadaran lebih untuk mengetahui kevalidannya.

Sosial media memegang peranan penting bagaimana informasi politik itu dialirkan. Berita-berita itu datang jauh lebih cepat dari kedipan mata. Pilihan kita adalah menangkapnya sebagai informasi yang patut dicerna atau dibendung masuk ke kepala. Agak susah memang, tapi perlu melatihnya. Maka dari itu cara saya menanggapi berita-berita politik tersebut dengan cara tidak terlalu menanggapinya terlalu serius karena jatuhnya bisa dongkol dan secepat mungkin merespon dengan cara yang kasar. Menurut saya itu sudah berlebihan jika harus larut dan masuk terlalu dalam pada dunia politik. Posisi saya sebagai penikmat saja segala macam intrik yang sedang terjadi di sana.

Sejauh ini rencana saya memang akan ikut berpartisipasi pada pemilu nanti dengan memberikan suara saya pada salah satu Capres. Hanya saja belum ada yang benar-benar saya yakini sosok mana yang mesti saya percayakan suara saya untuk lima tahun ke depan karena masih menunggu manuver masing-masing untuk memilih calon wakilnya. Karena hal tersebut ikut mempengaruhi kecondongan saya untuk memilih. Bagi saya sosok wakil presiden bukan sekadar pemain di balik layar, yang bergerak sana sini tanpa publikasi kegiatan. Seakan-akan tidak dianggap berkontribusi menjalankan tugasnya sebagai orang nomor 2 di Indonesia.

Saat ini dapil saya ada di DIY dan hingga saat ini saya tidak tahu mau mencoblos caleg siapa dan dari partai mana. Saya tidak mengenal satu sosok satu pun. Jadi sejauh ini suara saya belum akan terpakai untuk mereka yang bertarung sebagai anggota dewan. Jika seperti itu sampai pada hari pencoblosan, mungkin saya akan tetap menahan suara saya dan hanya akan menyalurkan suara saya pada Pilpres.

Yogyakarta, 2023

--

--