proposal hidup
kemarin saya mengajar di kelas E.3 dan E.7. begitu kaki melangkah masuk seluruh isi kelas sangat sibuk dengan pulpen dan bukunya. mereka sedang bertugas menyelesaikan tugas penting dari bapak kepala sekolah.
pemicunya saat upacara bendera terakhir. orang nomor satu di sekolah mewajibkan seluruh siswa, lewat guru BK sebagai penerjemah amanah, membuat proposal hidup. siswa diminta untuk membuat rencana masa depan. maksudnya agar hidup mereka punya tujuan. tidak mengalir begitu saja. gagal membuat rencana berarti merencanakan kegagalan.
beberapa anak, utamanya di kelas E.7, meminta saran apa yang mesti ditulis. terkadang memang anak harus dipaksa memulai, kalau tidak mereka enggan dan merasa hidup itu yang penting hari ini. urusan besok biar jadi urusan besok. di sini saya paham bahwa mereka punya keresahan yang serius.
murid-murid saya adalah generasi Z. mereka punya orang tua asuh bernama sosial media. pola pikir mereka ditumbuhkembangkan oleh FYP di TikTok. sesekali mereka menelan mentah-mentah informasi dari Instagram. bahkan ada yang percaya penuh tanpa keragu-raguan bahwa dalam waktu dekat kiamat akan tiba. itu berkat orang tua asuh mereka di ponsel.
saya dan rekan-rekan seangkatan, sebagai generasi milenial pertengahan yang pernah berada di fase tanpa sosial media saat seusia murid saya saat ini, tidak sebegitu cemasnya terhadap masa depan yang penuh tanda tanya. alasannya sederhana, kami tidak punya banyak sumber untuk membandingkan hidup dan tidak cukup mahir untuk khawatir berlebih. tugas kami bersekolah, pusing soal tugas-tugasnya, belajar, dan bersenang-senang.
tidak patut dibandingkan memang antara generasi sekarang dan yang lampau karena peran teknologi yang menjadi jurang pemisahnya.
ada siswa yang mencurahkan isi hatinya karena pilihan jurusan yang hendak dipilihnya saat kuliah nanti berseberangan dari anjuran orang tuanya. ia takut jika menjalani pilihan yang disetir orang lain. takut gagal karena hidup di atas garis yang ditentukan orang lain. sementara ia tidak punya kuasa atas mimpinya itu. secara finansial ia masih tersokong penuh oleh orang tua dan begitu juga saat kuliah nanti. hidup dengan beban ekspektasi berlebihan akan menguras banyak perasaan dan itu akan bertahan bertahun-tahun lamanya. apa lagi jika gagal membuktikan. itu akan menjadi semacam luka batin.
ada satu siswa yang cukup paham atas diri dan kemampuannya. kepercayaan dirinya lumayan tebal. bisa dibilang dirinya adalah berlian yang perlu ditempa berkali-kali agar terlihat sinarnya. saya cukup iri padanya karena tidak punya pemikiran dan mental seperti di usia yang sama saat saya SMA dulu. ia sudah tahu mau menjabarkan apa di proposal hidupnya. ibarat di tangan sudah ada kompas yang menunjukkan arah, dia hanya butuh waktu, semangat yang luar biasa buat belajar dan bertumbuh, dan percaya pada mimpi-mimpinya. keunggulan lainnya yang tidak banyak dimiliki oleh teman-teman seangkatannya adalah kemampuan menulis yang baik, utamanya berbau riset, dan public speaking yang handal di usianya sekarang. potensinya perlu diasah terus menerus.
saya yakin tidak semuanya serius mempersiapkan masa depannya. proposal hidup hanya dianggap tugas enteng yang penting jadi dan dikumpulkan. sementara sebagian kecil populasi yang membuat punya harapan besar pada apa yang ditulisnya. ada doa tipis yang menyertai saat proposal hidup itu digoreskan di atas kertas. semoga yang disemogakan terwujud dengan paripurna.
sisi paling penting dalam menentukan arah masalah adalah mempertanyakan pada diri sendiri. apa mau saya? kelak saya ingin menjadi orang seperti apa? kuliah di jurusan apa dan di mana? bekerja di bidang apa? dan pertanyaan kritis lainnya. kalau masih ragu terhadap jawabannya, waktu masih tersisa banyak untuk merenung kembali.
nak, bergembiralah atas pilihanmu. jangan rapuh jika ujungnya gagal. gagal bukan berarti selesai. rancang tujuan baru. banyak rahasia yang perlu dibongkar.
nak, menjadi dewasa dan sering tumbang oleh keadaan adalah biasa. tidak perlu memaki sana-sini. memang begitu cara hidup menancapkan kuatmu. menangmu di akhir sifatnya sementara, begitu juga jika kalah. tidak ada yang kekal. kau harus punya langkah-langkah yang baru. jangan menyusun jalan di satu lini saja. buat beberapa agar kau punya alternatif pelarian jika suatu saat isi kepalamu kacau dan butuh hal baru untuk dijalani.
jika hidup begini-gini saja mungkin ada yang salah dengan apa yang dijalani hari ini.