Siap Memilih Caleg Kosongan?

rahmat.suardi
2 min readFeb 1, 2024
by kyle glenn on unsplash

Ada nominal rupiah ditawarkan untuk mencoblos caleg tertentu. Tertarik? Tentu tidak. Saya tidak mau bodoh untuk kedua kalinya. Terjebak dengan cara yang sama seperti tahun 2009. Suara terbeli dengan harga 25.000 dan 5 tahun si anggota dewan lari kosong tanpa tahu apa yang dilakukannya selama itu.

Saya tidak mau uang untuk menyerahkan suara saya secara sukarela. Yang saya butuh adalah rencana pasca terpilih nanti apa saja yang ingin diperjuangkan di dalam gedung DPR. Saya butuh visi yang realistis dan bisa tercapai dalam waktu satu periode duduk di kursi manis itu. Selain itu, track record selama ini apa saja kontribusinya ke masyarakat? Tidak butuh hal-hal besar, yang kecil saja tapi berdampak sudah lebih dari cukup pembuktian. Jangan-jangan selama ini hanya bekerja untuk perut sendiri dan keluarga, sementara di luar sana tidak tersentuh. Di saat seperti ini baru punya niat untuk bersentuhan langsung ke masyarakat karena punya maksud tertentu.

Praktek semacam ini menyisir orang-orang yang skeptis terhadap perpetaan politik atau mereka yang menganggap satu suara tidak punya daya ledak apa-apa. Padahal jika ribuan orang berpikiran semacam itu dan politisi yang terpilih hanya punya program ala kadarnya dan kekuatan bertarungnya di dalam gedung dewan sangat lemah, rugilah kita sebagai masyarakat yang menyumbangkan suara. Kita dipaksa lagi mengeluh karena merasa kita tidak terwakili oleh siapa-siapa. Sementera yang duduk di gedung sana menikmati banyak fasilitas dari kontribusi kita bersama menyetor kewajiban kepada negara.

Apakah terobosan seperti DesakAnies atau sebuah komunitas DistrikBerisik yang menantang siapa saja caleg yang berani ditantang adu gagasan yang bisa dibawa ke gedung DPR untuk diprioritaskan menjadi sarana membenahi apa yang perlu dibenahi. Caleg tingkat kabupaten, provinsi, hingga pusat bisa menginisiasinya sendiri di dapil masing-masing. Biar para pemilih ini punya kesempatan melihat dan mendengar dari dekat apa sih tujuan sebenarnya maju sebagai calon wakil rakyat. Apakah keresahan masyarakat dan keresehannya sebagai caleg berjalan seirama dan memang jalan keluarnya hanya bisa diselesaikan jika menjadi anggota dewan.

Hingga hari ini saya baru menemukan satu calon anggota DPD yang melakukan itu di daerah saya mencoblos. Ia berani berdiskusi langsung dan memaparkan apa yang hendak diperjuangkan buat daerahnya. Karena hadir langsung saat ia bersuara, makanya all in suara saya buatnya tanpa ragu.

Sampai sekarang, caleg-caleg di daerah pemilihan saya cuma berani pasang wajah di baliho berbagai ukuran dengan slogan-slogan tidak masuk akal. Yang paling jauh selain daripada itu ya menyebar kalender. Banyak sekali jumlahnya. Ruang sebesar itu tidak menjelaskan apa-apa tentang visi misinya. Hanya gambar wajah yang mendominasi, nama dan gelar mentereng, nomor urut, serta rengekan supaya dicoblos saat tanggal 14 Februari nanti.

--

--